Usai juga akhirnya laga Perang Bintang 2010. Tim Bintang Liga Super indonesia (LSI) yang bermaterikan pemain terbaik hasil pilihan masyarakat berhasil mengalahkan tim juara LSI 2009/2010 Arema dengan skor 4-5.

Satu sosok yang menarik dalam pertandingan ini adalah pelatih Persipura Jayapura,  Jaksen berhasil membawa anak asuhnya membekuk tim juara. Padahal para pemain ini baru berkumpul dan melakukan latihan beberapa kali saja. Namun bukan saja hasil yang baik yang didapat, namun kerjasama antar lini pun dibilang lumayan bagi sebuah tim baru.

Tim baru ini mengalahkan tim Arema, tim juara Indonesia yang tentu saja solid luar dalam karena mereka sudah berkumpul selama satu musim kompetisi sampai sekarang.

Fenomena ini membawa kita ke proses pelatnas Tim Nasional Indonesia. PSSI dengan yakin selalu mengusung konsep pelatnas jangka panjang. Konsep ini tentu saja selalu berbenturan dengan kepentingan klub-klub di LSI. Konsep ini malah sudah usang dan ditinggalkan bahkan oleh sebuah tim juara dunia atau juara Eropa sekalipun.

Keberhasilan Jaksen mengkolaborasikan tim bintang LSI tentu saja bukan tanpa dasar. Jaksen sudah berpuluh tahun malang melintang di pesepakbolaan Indonesia dan tentunya sudah tahu karakter para pemain Indonesia. Sehingga ketika disodorkan nama-nama hasil polling masyarakat untuk PB 2010, Jaksen sudah mengenali permainan bahkan pola pikir mereka. Hasilnya tidak mengecewakan, mereka bermain dengan cukup kompak.

Hasil racikan Jaksen ini tentu saja seharusnya menampar muka PSSI. Di jaman modern ini, bukan pelatnas jangka panjang yang dibutuhkan untuk membentuk satu timnas yang tangguh. Namun kejelian pelatih menemukan para pemain yang tepat dan keahliannya meracik tim menjadi tim yang tangguh dan kompak.

Dalam perang bintang ini, Jaksen juga mengajari Alfred Riedl, pelatih timnas Indonesia, bagaimana para pemain yang berlaga di LSI dapat mengalahkan tim juara, tim lokal yang solid, hanya dengan beberapa kali latihan.

ref: simamaung.com (image: goal.com)